Antara Cinta dan Benci
Oleh Ahmad Bustanul Aziz
Sungguh
malang nasibnya dulu, tetapi kini ia telah menjadi saudagar yang kaya raya
dengan istri cantik jelita mantan istri panglima perang yang tewas ditangan
pasukan dari Kerajaan Odiare beberapa hari setelah hari pernikahannya. Dia
mempunyai rumah yang luasnya dan megahnya setara dengan Istana Kerajaan Amor. Sungguh
bagaikan surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai susu murni yang segar. Maka
tak heran bila ada ribuan pelayan didalamnya yang siap melayaninya setiap saat.
Sungguh membuat orang heran jika mendengar kisahnya.
Puluhan tahun yang lalu, dikisahkan didua kerajaan yang
damai dan makmur. Kerajaan Amor dan Kerajaan Odiare tepatnya. Disela-sela
Kerajaan Amor hiduplah seorang pemuda. Ausartak namanya, seorang pemuda yang
lahir dari keluarga yang sangat miskin. Terpaksa membuatnya sehari-hari bekerja
sebagai kuli panggul dipasar.
Sewaktu kecil ia tak memiliki teman. Hanya ibunya yang
masih setia menjadi teman bermainnya, ayahnya pun yang tak menginginkan
kelahiran anak itu meninggalkan begitu saja tanpa kabar. Tak ada yang tidak tau
jikakalau anak itu lahir dari hubungan gelap orang tuanya. Ditambah lagi
penyakit menular yang langka menghinggapi dirinya, hingga ia hanya bisa berada
dirumah, kalaupun diluar rumah itupun sebatas diteras rumah. “Heyy, lihat anak
haram, penyakitan lagi, jangan dekat-dekat nanti tertular” Ejek orang-orang
yang merupakan makanan rutin bagi Ausartak. Kesepian, kesediahan, dan kecewa
meliputi hatinya meskipun ia belum pernah tahu rasa sakit yang sesungguhnya. Hanya
lantunan doa dan senyuman ibunya yang bisa membuatnya terhibur.
Usia semakin bertambah,. Dia bekerja kepada
tuannya yang bernama Traditore. Seorang saudagar beras, yang benci hidup miskin
yang memiliki gadis yang cantik jelita. Sifat ayahnya benci hidup miskin itu
ternyata mengalir kepada anaknya. Louvavel namanya, kembang pasar idaman para
lelaki kaya di Kerajaan Amor. Tapi tidak ada satupun yang berhasil menaklukan
hatinya. Meskipun ayahnya sehari-hari bekerja dipasar tetapi dia tidak pernah
mau pergi kepasar. Rasanya jijik katanya.
Setiap hari Ausartak membanting tulang dari matahari
masih malu-malu menunjukkan sinarnya hingga bintang-bintang dengan gagah berani
berkelap-kelip mengitari bumi. Meskipun bayarannya tak seberapa namun inilah
yang membuatnya bahagia, dari situ ia menemukan banyak sahabat dan juga gelak
tawa saat salah satu sahabatnya terjatuh karena tidak kuat memikul beras. Memang
kebahagiaan itu tidak bisa diukur dengan harta benda tapi diukur dengan cinta. Dia
mewarisi kemiskinan dari orang tuanya. Warisan itu tak membuatnya bangga atau
bahkan sedih, yang paling penting dalam hidupnya adalah bagaimana bisa
berhubungan dengan sang pencipta, bisa makan hari ini dan juga berbakti kepada
orang tua.
Berbulan-bulan berselang, terdengar kabar burung yang
mengatakan bahwa Kerajaan Odiare musuh bebuyutan Kerajaan Amor akan menyerang,
kabar itu sampai ketelinga sang raja, tetapi tak lantas begitu saja percaya.
Sang raja membiarkan kabar burung itu. Hingga beberapa hari kemudian gosip itu
menghilang namun tiba-tiba datanglah pasukan dari Kerajaan Odiare. Rumah,
pasar, dan fasilitas umum menjadi porak poranda, hampir seperempat rakyat mati
termasuk Taditore, ayah Louvavel. Kini Louvavel sendirian.
Seluruh rakyat mengungsi keibu kota. Konon penyebab
penyerangan itu karena pangeran Kerajaaan Odiare ditolak cintanya oleh gadis
dari Kerajaan Amor. “Sungguh biadab, orang yang memuaskan keinginan diri
sendiri dengan menyakiti orang lain itu lebih buruk daripada daging babi
busuk.” Kata Ausartak kepada ibunya. Kemudian dari peristiwa itu muncullah pepatah
‘cinta ditolak dukun bertindak’ karena sebagian petinggi Kerajaan Odiare adalah
penyihir/dukun.
Suasana semakin genting, sang raja memerintahkan seluruh
rakyat ikut membela kerajaan dengan menjadi prajurit. Pada saat pelatihan Ausartak
untuk pertama kali bertemu Louvavel. Sungguh betapa cantiknya Louvavel hingga
mampu menggetarkan hati Ausartak yang sebenarnya tidak tahu apa itu cinta
sampai kejadian itu terjadi. Tak sulit bagi Ausartak menjadi seorang prajurit,
karena ia telah terlatih membawa beban berat saat dipasar. Hingga dalam
beberapa hari saja sudah mendapatkan pangkat prajurit tingkat 4 yang merupakan
pangkat tertinggi dibawah panglima perang. Namun wajah gadis itu selalu
menari-nari dipikirannya. Sampai-sampai tidak bisa tidur dibuatnya. Akibatnya
banyak sekali kesalahan yang dibuatnya saat latihan sampai-sampai hampir
membuat prajurit lain mati. Turunlah pangkat Ausartak menjadi prajurit tingkat
2 yang beberapa hari lagi ikut berperang dibarisan paling depan.
Pasukan
Amor sudah sampai diperbatasan yang salah satunya adalah Ausartak. Mengintai
adalah tugas utama pasukan itu. Tetapi rencana berubah total. Pasukan itu
diserang dari segala penjuru. Tak mungkin menang pada waktu itu kalaupun menang
itu adalah kemungkinan kecil. Namun keajaiban terjadi, pengalamannya sebagai
prajurit tingkat 4 membuat Ausartak mampu mengalahkan musuh dengan mudah. Hanya
Ausartak yang bisa kembali dari peperangan itu. Kembali dengan kemenangan
membuat Ausartak dipuji sebagai seorang pahlawan. Disambut dengan suka cita
oleh rakyat. Seantero negeri tahu akan kegagahan Ausartak dalam menghadapi
musuh.
Berkarung-karung
emas dan kenaikan pangkat siap menghampirinya. Lantas prestasi itu tak
membuatnya sombong. Dia hanya teringat dengan seorang gadis yang membuatnya
cinta pada pandangan pertama. Dia mencoba memberanikan diri dan mulai berpikir
akan mudah diterima lamarannya oleh gadis itu karena prestasinya yang sangat
gemilang itu.
Suatu ketika dia memberanikan diri untuk menyatakan
cintanya kepada gadis itu. Diajaklah gadis itu berkencan disuatu tempat yang
sepi, disitulah dia mulai mengeluarkan sesuatu dari tasnya, ternyata seikat
bunga mawar yang masih segar. Berlututlah Ausartak di hadapan gadis itu sambil
memberikan bunga itu kepadanya dan bekata “Aku sungguh mencintaimu wahai gadis
pujaan hatiku”. Sontak si gadis kaget. Tanpa berpikir panjang gadis itu menyambar
bunga mawarnya sampai terjatuh ketanah dan berkata “Sungguh aku tidak terlalu
mengenalmu, yang aku tahu kamu hanyalah bekas kuli ayahku. Meskipun kamu
dianggap sebagai penyelamat kerajaan. Tetapi gelar itu tak akan lama lagi.
Karena setelah perang ini selesai pasti kamu akan kembali menjadi kuli lagi
dipasar atau bahkan kamu akan mati ditangan musuh. Aku tidak sudi hidup miskin”.
Kata-kata itu membuat hatinya bagaikan tertusuk ribuan tombak yang satu
tombaknya berisi 7 mata pisau. Sedih rasanya jika melihatnya.
Kegagahan seorang prajurit dimedan perang tidak mampu
menghadapi seorang gadis yang lembut tapi sombong itu. Perasaan kecewa, sedih
dan marah merasuk dalam pikirannya, air mata tak terasa menetes sampai pipinya.
“Serasa ingin lebih baik mati dimedan perang pada waktu itu daripada harus
menjadi pahlawan perang namun menghadapi seorang wanitapun aku tidak mampu.
Kenapa bisa seperti ini Tuhan ? Apa salah saya selama ini ?” batinnya yang
sedang sedih.
Beberapa hari berlalu, tak terlihat sedikitpun batang
hidung Ausartak di Kerajaan Amor. Muncullah isu jika Ausartak telah
mengkhianati kerajaannya. Isu itu menjadi membesar dan menjadi perbincangan
rutin dikerajaan itu. Puluhan prajurit dikerahkan untuk mencari sang pahlawan
perang tersebut. Tetapi hasilnya nihil, tak satupun yang mengetahui
keberadannya termasuk keluarga dan sahabatnya. Tak mau mengulangi kesalahan kedua,
sang raja memutuskan Ausartak adalah seorang pengkhianat. Bagi yang mampu
membawanya hidup-hidup ataupun mati akan mendapatkan hadiah yang tidak sedikit
tentunya.
Benar saja, Ausartak terlihat disalah satu barisan musuh
paling belakang. Padahal barisan yang paling belakang itu untuk prajurit
berkedudukan tinggi atau bahkan panglima perang. Entah perasaan apa yang
membuatnya tega berkhianat kepada negerinya, tempat dimana ia lahir dan
dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang sangat ia cintai itu. Perbincangan
tentang Ausartak semakin menjadi-jadi. Bahkan keluarganya dan orang yang
memiliki hubungan dengannya rencananya akan dibunuh, tetapi untung saja
keluarga dan sahabatnya sudah melarikan diri jauh-jauh hari sejak berhembusnya
gosip bahwa Ausartak berkhianat kepada kerajaanya. Ternyata keluarga dan
sahabatnya melarikan diri ke Istana Kerajaan Odiare. Saat mencapai gerbang,
hampir saja keluarga dan sahabatnya terbunuh oleh panah prajurit Kerajaan
Odiare tetapi tidak sengaja Ausartak juga sedang berada digerbang kerajaan dan
memberi kode kepada prajurit untuk tidak membunuh keluarga dan sahabatnya itu.
Keluarga dan sahabatnya mendapatkan perlakuan istimewa diistana itu. Mengingat
Ausartak memiliki kedudukan tinggi dikerajaan itu.
Keluarganya merasa heran kenapa Ausartak memilih berkhianat dan juga wajah Ausartak seakan tidak dikenali oleh prajurit Kerajaan Odiare sama sekali padahal dia sangat terkenal didua kerajaan tersebut. “Wahai anakku, aku sebagai ibumu sungguh mengkhawatirkan keselamatanmu, lagipula kamu sekarang telah menjadi buronan Kerajaan Amor, nak. Apa yang membuatmu mengkhianati kerajaanmu sendiri ? Bukankah kamu lahir dan mencari makan disana ? Dan kenapa prajurit Kerajaan Odiare tidak ada satupun yang menaruh curiga padamu ? Padahal kamu sangat terkenal sebagai musuh Kerajaan Odiare ?.” tanya Ibu Ausartak. “Wahai Ibu, janganlah Ibu terlalu mengkhawatirkan keselamatanku, karena kini aku sudah dewasa dan sudah bisa menjaga diri. Alasanku berkhianat tak lain hanya karena aku merasa sakit hati kepada seorang gadis yang menolak lamaranku. Perlu Ibu ketahui, aku mempunyai sebuah jimat yang kakek titipkan kepadaku sebelum dia meninggal, jimat ini dapat menghilangkan ingatan orang lain dengan ritual tertentu.” Jawab Ausartak. “Kalau begitu kamu sama saja dengan Pangeran Kerajaan Odiare yang memulai perang ini karena lamarannya ditolak oleh seorang gadis Kerajaan Amor!!. Bukankah kamu pernah bilang kepada ibu, kalau orang yang memuaskan keinginan diri sendiri dengan menyakiti orang lain itu lebih buruk daripada daging babi busuk ?” Jawab ibu Ausartak dengan suara agak tegas. Ausartak terdiam seribu bahasa, lidahnya sudah tidak mampu menjawab pertanyaan ibunya. Semua yang dikatakan ibunya memang benar adanya. Air mata Ausartak menetes, menyesal dengan semua perbuatan yang telah ia lakukan, ia bertekuk lutut kepada ibunya dan meminta maaf atas kesalahan yang fatal itu. “Tidak apa-apa jika kamu menyesali perbuatanmu. Sudah ibu maafkan. Tetapi kamu harus memperbaiki semua perbuatanmu itu. Hmm kenapa kamu tidak menggunakan jimat pemberian kakekmu itu untuk menghilangkan ingatan semua penduduk kedua kerajaan ini ? dan kita mulai semuanya dari nol ?” Jawab Ibu Ausartak. “Tidak bisa, karena itu harus mengorbankan nyawa hampir seluruh penduduk kedua kerajaan ini jika digunakan untuk kedua kalinya” Jawab Ausartak sambil mengusap air matanya. “Ohhh seperti itu..... Ahaa, ibu punya ide, sini ibu bisikkan” tungkas Ibu Ausartak.
Keluarganya merasa heran kenapa Ausartak memilih berkhianat dan juga wajah Ausartak seakan tidak dikenali oleh prajurit Kerajaan Odiare sama sekali padahal dia sangat terkenal didua kerajaan tersebut. “Wahai anakku, aku sebagai ibumu sungguh mengkhawatirkan keselamatanmu, lagipula kamu sekarang telah menjadi buronan Kerajaan Amor, nak. Apa yang membuatmu mengkhianati kerajaanmu sendiri ? Bukankah kamu lahir dan mencari makan disana ? Dan kenapa prajurit Kerajaan Odiare tidak ada satupun yang menaruh curiga padamu ? Padahal kamu sangat terkenal sebagai musuh Kerajaan Odiare ?.” tanya Ibu Ausartak. “Wahai Ibu, janganlah Ibu terlalu mengkhawatirkan keselamatanku, karena kini aku sudah dewasa dan sudah bisa menjaga diri. Alasanku berkhianat tak lain hanya karena aku merasa sakit hati kepada seorang gadis yang menolak lamaranku. Perlu Ibu ketahui, aku mempunyai sebuah jimat yang kakek titipkan kepadaku sebelum dia meninggal, jimat ini dapat menghilangkan ingatan orang lain dengan ritual tertentu.” Jawab Ausartak. “Kalau begitu kamu sama saja dengan Pangeran Kerajaan Odiare yang memulai perang ini karena lamarannya ditolak oleh seorang gadis Kerajaan Amor!!. Bukankah kamu pernah bilang kepada ibu, kalau orang yang memuaskan keinginan diri sendiri dengan menyakiti orang lain itu lebih buruk daripada daging babi busuk ?” Jawab ibu Ausartak dengan suara agak tegas. Ausartak terdiam seribu bahasa, lidahnya sudah tidak mampu menjawab pertanyaan ibunya. Semua yang dikatakan ibunya memang benar adanya. Air mata Ausartak menetes, menyesal dengan semua perbuatan yang telah ia lakukan, ia bertekuk lutut kepada ibunya dan meminta maaf atas kesalahan yang fatal itu. “Tidak apa-apa jika kamu menyesali perbuatanmu. Sudah ibu maafkan. Tetapi kamu harus memperbaiki semua perbuatanmu itu. Hmm kenapa kamu tidak menggunakan jimat pemberian kakekmu itu untuk menghilangkan ingatan semua penduduk kedua kerajaan ini ? dan kita mulai semuanya dari nol ?” Jawab Ibu Ausartak. “Tidak bisa, karena itu harus mengorbankan nyawa hampir seluruh penduduk kedua kerajaan ini jika digunakan untuk kedua kalinya” Jawab Ausartak sambil mengusap air matanya. “Ohhh seperti itu..... Ahaa, ibu punya ide, sini ibu bisikkan” tungkas Ibu Ausartak.
Entah
rencana apa yang akan dilakukan oleh Ausartak, yang pasti serangan terhadap
Kerajaan Amor semakin menjadi-jadi, bahkan Ausartak memerintahkan untuk
memenggal seluruh tahanan perang yang berasal dari Kerajaan Amor.”Ibu Ausartak
pasti telah gagal membujuk Ausartak” pikir sahabatnya. Kota-kota besar hancur
lebur oleh kebengisan pasukan Kerajaan Odiare. Banyak yang memilih berkhianat
daripada harus mati konyol ditangan prajurit Kerajaan Odiare. Sampai akhirnya
Kerajaan Amor menyatakan menyerah. Kemenangan Kerajaan Odiare disambut dengan
sukacita oleh seluruh rakyatnya. Pasukan yang kembali disambut bak raja yang
baru saja dilantik.
Perjanjian antara kedua kerajaan dibuat. Ternyata perjanjian itu berbeda dengan lainnnya. Perjanjian tersebut berisi tentang sikap saling menghargai, toleransi, dan meminta Kerajaan Amor untuk menjadi sekutu. Tak ada satupun yang berisi unsur merugikan. Tentu saja seluruh rakyat Kerajaan Odiare marah. Mereka menilai tidak ada untungnya bagi kerajaan dengan perjanjian itu. Sang raja dan sang pangeran tidak menyetujui perjanjian itu, mereka berencana untuk berkhianat dan membunuh Ausartak.
Perang saudara tak terhindarkan, kini Ausartak yang beberapa waktu lalu dibenci rakyat Kerajaan Amor sekarang menjadi sekutu. Sadar jumlah pasukan tidak mampu menandingi pasukan Kerajaan Odiare, Ausartak menyusun siasat untuk membunuh raja beserta petingginya. Ternyata rencana itu berhasil namun sang pangeran berhasil melarikan diri.
Maka diberlakukanlah kembali perjanjian itu. Awalnya rakyat Kerajaan Amor juga menolak. Tetapi lambat laun Ausartak berhasil meyakinkan rakyat kerajaan itu. Semua akhirnya tersadar jika peperangan itu tidak akan membawa kebahagiaan malah justru membawa keputusasaan dan kebencian dari generasi ke generasi. Akhirnya kedua kerajaan itu menjadi damai dan sentosa. Sang Pangeran yang menjadi dalang dimulainya peperangan itu berhasil ditangkap dan dihukum dengan diasingkan disebuah pulau tak berpenghuni. Ternyata inilah rencana dari Ibu Ausartak. Ausartak dianggap sebagai pahlawan perdamaian oleh kedua kerajaan itu. Sahabatnya yang menduga yang tidak-tidak meminta maaf kepada Ausartak dan mereka sekarang menjadi pejabat dikedua kerajaan itu.
Ausartak memilih mundur dari jabatannya dan memulai kehidupan baru sebagai seorang pedagang. Karena ketenarannya, usahanya berkembang sangat pesat. Hingga akhirnya ia mempersunting gadis panglima perang Kerajaan Amor sebelum Ausartak yang belum pernah menikmati malam pertamanya dengan suaminya. Disisi lain Louvavel kini hidup bahagia dengan seorang pejabat kerajaan Amor yang kaya raya. Inilah akhir dari kisah itu. Semua hidup berdampingan dan bahagia meskipun pernah saling membenci satu sama lain. Tamat.
0 comments:
Post a Comment