Muhammad adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi
umat Muslim. Muhammad memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat
manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Muhammad sama-sama
menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya.
Lahir pada tahun 570 M di Mekkah, Muhammad melewati masa kecil sebagai yatim piatu.
Muhammad dibesarkan di bawah asuhan kakeknya Abdul Muthalib kemudian pamannya Abu Thalib. Beranjak remaja, Muhammad bekerja sebagai
pedagang.
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai
mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah
keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan
dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering
menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan
sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak
dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang
mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat
dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status
tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang
pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di
tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur
barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali
lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan
hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh
cinta kepada Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat
itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki
kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status
janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun
pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan
seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah,
Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk
menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut
bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku
Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah
tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan
suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya,
hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al Amin yang artinya "orang yang dapat
dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah
orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara
amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di
kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta
berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua
kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan
lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti
"yang benar".
Muhammad dilahirkan di
tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan
pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah
timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur.
Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari
ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab
pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir
dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul
pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang
disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan
untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak
dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar
Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
"Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan
perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya."
— Al-Alaq
96: 1-5
Muhammad berusia 40 tahun 6
bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul
disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan
bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau
tahun masehi (penanggalan berdasarkan
matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya,
diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian
akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya
selimut
Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan
hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang
juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal seorang pendeta yang
buta. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab
suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun
berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian
Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah
datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan
memusuhi dan melawannya.
Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan
berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat
Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan
ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al
Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama
ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum
pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain.
Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada Muhammad bersifat samar
pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih
mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya, dalam hal ini
kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam
interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya
mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama
dalam kehidupan bermasyarakat.
Selama tiga tahun pertama
sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam secara
terbatas di kalangan teman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah
timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah
sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam
konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh
Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada
masa-masa awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam
yang dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan
secara terbuka agama Islam. Setelah sekian lama
banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair
bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr
bin Nufail
yang kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam
pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang
pertama-tama.
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah
Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam
secara terbuka kepada masyarakat Mekkah, respons yang ia terima sangat keras
dan masif. Ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan
dengan apa yang sudah menjadi budaya dan pola pikir masyarakat Mekkah saat itu.
Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan bahwa Muhammad
adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah. Akibat
penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan
yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang menentangnya, Muhammad dan banyak
pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan, dan dikucilkan dari
pergaulan masyarakat Mekkah.
Walau mendapat perlakuan
tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah besar. Para pengikutnya
ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke negeri Syam, Persia, dan kawasan jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang
yang penasaran dan tertarik kemudian datang ke Mekkah dan Madinah untuk
mendengar langsung dari Muhammad, penampilan dan kepribadian baiknya yang sudah
terkenal memudahkannya untuk mendapat simpati dan dukungan dalam jumlah yang
lebih besar. Hal ini menjadi semakin mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi suku
Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran Islam, meskipun banyak juga
yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar di Mekkah
dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari negeri
Farsi (sekarang Iran), salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi, seorang ilmuwan asal Persia yang kemudian
menjadi sahabat Muhammad.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh
pemeluk Islam selama periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah) ke Habsyah (sekarang Ethiopia). Negus atau raja Habsyah,
seorang Kristen yang adil, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke
negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad
sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak
sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap
tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah ke Bait
Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan
berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut.
Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di
antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang
yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam,
mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari
kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat
Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat
mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat
itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang
Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang
tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima
ajakan tersebut dan memutuskan
berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam
berniat meninggalkan Mekkah, masyaraka jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka
beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat
peluang untuk mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas.
Setelah selama kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam
peperangan dan serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari
Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada
tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan
Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di
Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad
sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan
yang ia terima dari penguasa Mekkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih
mudah dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di Madinah.
Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke
Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim
sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan
menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak
memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah
tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya.
Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia
telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat
itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.
Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah.
Pada bulan Juni 632 M, dia
mengalami sakit ketika tengah berada di rumah Maimunah namun kemudian meminta pindah ke rumah
Aisyah. Setelah sebelumnya mengalami demam dan beberapa kali pingsan, dia
meminta kepada Abu Bakar untuk menggantikannya
mengimami jamaah. Diapun akhirnya meninggal dalam pangkuan Aisyah dan
jenazahnya dikuburkan di rumah istrinya tersebut.
Jadi, kisah kisah Nabi Muhammad Saw pantas
dijadikan pedoman hidup karena banyak suri tauladan yang dapat kita anut.
0 comments:
Post a Comment