Berikut Kisah yang Memotivasi dan menginspirasi kita untuk tidak
meremehkan sebuah amal. Berikut adalah kisahnya
Ketika mursyid tarekat terkemuka Junaid Al-Baghdadi wafat, maka
kedudukannya digantikan oleh seseorang bernama Muhammad Al-Hariri. Konon
dia suka mengembara dan pernah bermukim di Mekkah selama satu tahun. Ia
juga dikenal sebagai seorang sufi yang sangat alim. Di siang hari
beliau selalu berpuasa hingga tak pernah terlihat berbuka. Di malam hari
kadang dia pun melanjutkan untuk berpuasa. Di tengah malam ia kadang
tak tidur untuk melakukan shalat, hingga punggungnya belum pernah
menyentuh dinding serta kakinya tidak pernah beristirahat.
Ketika berumur 60 tahun ia duduk di makam Qibtiyah dan ditanya mengenai
keistimewaan yang pernah dijumpainya. Beliau menceritakan dengan
antusias:
“Ketika aku sedang duduk di sudut ruangan, seorang pemuda yang tak
bertutup kepala dan tak beralas kaki masuk dengan rambut terurai.
Wajahnya terlihat pucat. Lalu ia berwudu dan shalat dua rakaat. Sesudah
itu ia menundukkan kepala hingga masuk waktu Magrib. Pemuda itu shalat
berjamaah dengan kami.
Selesai shalat ia melakukan hal serupa, menundukkan kepalanya. Tepat
pada malam itu Khalifah Baghdad mengundang kaum sufi untuk ceramah
agama. Ketika kami hendak berangkat pemuda itu ditanya, 'Maukah engkau
bersama kami memenuhi panggilan Khalifah?' Ia menjawab, ‘Aku tidak
membutuhkan itu, yang kuinginkan adalah makanan darimu.’ Hatiku
berbisik, "Jawabannya tak sesuai dengan harapanku. Dia justru menuntut
sesuatu dariku." Maka aku pun tak memedulikannya, ia kubiarkan. Aku
segera berangkat ke tempat pengajian yang diselenggarakan oleh Khalifah.
Sepulang dari pengajian itu, aku pun kembali ke tempat semula, di sudut
ruangan. Pemuda itu seolah-olah sudah tidur, maka aku pun mulai tidur.
Dalam tidurku, aku bermimpi melihat Rasulullah Saw., beliau bersama dua
orangtua yang keduanya berkemilau cahaya. Di belakangnya ada satu
rombongan besar dengan wajah-wajah bersinar terang. Aku pun diberi tahu
bahwa itu adalah Rasulullah Saw. yang didampingi Nabi Ibrahim di sisi
kanan dan Nabi Musa di sisi kiri beliau. Sedangkan rombongan di
belakangnya adalah para nabi yang berjumlah 124.000 orang.
Mengetahui hal itu, maka aku segera menghampiri Rasulullah Saw. dan
berusaha menjabat tangannya. Namun, beliau palingkan wajahnya yang mulia
itu dari pandanganku. Tiga kali aku kembali mencoba memandang wajahnya,
namun tiga kali itu pula beliau memalingkan wajahnya. Aku bertanya
tentang masalahnya, lalu beliau menjawab: ‘Sungguh engkau telah berlaku
kikir ketika ada seorang fakir dari golongan kami menginginkan makanan
darimu. Hingga ia dibiarkan dalam keadaan lapar malam ini.’
Seketika itu juga aku terbangun dengan hati yang diliputi ketakutan luar
biasa. Tubuhku gemetar dan menggigil. Ketika dilihat, pemuda itu sudah
tidak ada di tempatnya semula. Aku segera mencarinya keluar. Ketika
kulihat dia maka segera kupanggil, ‘Hai anak muda, demi Allah yang telah
menciptakan dirimu, tunggulah sebentar, ini makanan untukmu.’ Dia
memandang dan tersenyum padaku lalu menjawab, ‘Hai Syaikh, siapakah yang
menginginkan sesuap makanan darimu? Mana bisa 124.000 nabi yang kau
jumpai dalam mimpi itu menolongmu hanya dengan sesuap makanan?’ Demikian
katanya, lalu ia menghilang di kegelapan malam.”
Sumber : Risalah Qusyairiyah
0 comments:
Post a Comment