Iblis adalah sosok yang kontroversi dan unik di dalam literatur
agama-agama samawi. Dia dibenci oleh sebagian besar ummat manusia dan
konon kabarnya Iblis juga dikucilkan Tuhan sampai akhir zaman. Iblis
menjadi ikon perlawanan terhadap aturan-aturan Tuhan dan menjadi musuh
bagi hamba-hamba Tuhan yang taat kepada-Nya.
Awalnya Iblis adalah sosok yang sangat taat beribadah dan karena begitu
mulianya kedudukan Iblis sehingga dia diangkat oleh Allah menjadi
komandan seluruh malaikat, sebuah kedudukan yang sangat luar biasa.
Nasib sial Iblis muncul ketika Adam diciptakan Allah dan mendapat
perhatian dan perlakuan istimewa dari Allah. Hal ini yang membuat Iblis
tidak senang sehingga dia berusaha mengambil kembali perhatian Allah
yang selama ini tercurahkan untuknya.
Iblis kawatir Adam akan mengambil “kasih” yang selama ini diberikan
sepenuhnya oleh Allah kepadanya. Secara sederhana hubungan antara Iblis
dengan Adam adalah hubungan senior dan junior yang memperebutkan kasih
sayang Tuhan.
Iblis dimurkai Allah karena sikap sombongnya yang tidak mau tunduk
kepada perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Kalangan ulama
memperdebatkan tentang sujud dan penghormatan. Al-Qur’an menulis sebagai
sujud dan sebagian ulama (syariat) mengartikan sebagai penghormatan,
sementara sebagian lagi (hakikat) memaknai sebagai penyembahan.
Bagaimana mungkin Iblis mau sujud kepada Adam, sebelum Adam diciptakan
oleh Tuhan, posisi Iblis sudah menjadi seorang ahli ibadah yang
kehebatannya diatas rata-rata semua malaikat. Iblis terjebak dengan
pandangan zahiriah (yang nampak) sehingga mata bathinnya tidak mampu
melihat sosok yang ada dalam Adam yaitu Allah SWT.
“Maka apabila Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan padanya Ruh-Ku,
hendaklah kamu tunduk sujud akan dia” (AL-HIJR: 29) menunjukkan bahwa
Allah memerintahkan Iblis sujud kepada Adam bukan sujud kepada
jasmaninya, bukan sujud sosok zahirnya akan tetapi sujud kepada
“ruh-Ku”, sujud kepada nur Allah yang telah bertajali di dalam diri
Adam.
Bagaimana mungkin Tuhan mau memberikan perintah yang sia-sia kepada
malaikatnya untuk sujud kepada sosok zahir Adam kecuali memang dalam
diri Adam telah ada unsur dari diri-Nya sendiri yaitu berupa Wasilah
yang menjadi penyambung hubungan antara manusia dengan Allah.
Allah telah melihat bahwa Adam lah yang akan menjadi Khalifah
(pengganti) Allah dimuka bumi dan dari keturunan Adam juga kelak yang
akan meneruskan tongkat estafet kekhalifahan Allah di muka bumi ini.
Peristiwa pembangkangan Iblis terhadap Allah ini akan sangat mudah kita
pahami kalau kita telah menjalani kehidupan berguru kepada Wali Allah.
Setiap Guru sebelum Beliau wafat atas petunjuk dari Allah akan
memberikan petunjuk siapa kelak yang akan meneruskan estafet kemursyidan
dan kepada sosok itulah Guru memberikan seluruh ilmunya dan menumpahkan
semua Nur Allah yang selama ini tersimpan dalam dadanya sebagai warisan
dari Rasulullah SAW.
Maka kisah Iblis dan Adam akan kembali lagi terulang dalam versi yang
berbeda. Iblis dengan segala kehebatan merasa bahwa dirinyalah yang
paling berhak menjadi khalifah membawa seluruh nama dan kebesaran Allah.
Iblis yang bermanifestasi kepada sosok murid yang merasa paling sakti
dan hebat kemudian menyatakan dirinya sebagai pengganti Guru dan menolak
keputusan yang dibuat Guru atas petunjuk Allah.
Iblis yang dipecat sebagai komandan malaikat tentu saja yang hilang
hanya jabatan dan kedudukan sedangkan ilmu-ilmu yang didapat sebagai
komandan malaikat masih dimiliki. Ibarat seorang jenderal yang dipecat
oleh Raja atau Presiden, yang hilang hanyalah pangkat dan kedudukannya,
sedangkan seluruh ilmu militer dan ilmu jendral akan tetap melekat
bersama dirinya. Melihat potensi Iblis yang bisa membahayakan
kekhalifahan Allah maka Allah mengumumkan kepada seluruh malaikat bahwa
Iblis telah dipecat dan diberhentikan secara tidak hormat dan
diperintahkan kepada seluruh malaikat untuk tidak lagi mengikuti
instruksi Iblis. Warning itu juga diberikan kepada Adam dan
diperintahkan Adam untuk menyampaikan pesan penting ini kepada anak
cucunya agar tidak mengikuti langkah-langkah Iblis yang telah dimurkai
Allah.
Walaupun demikian, posisi sebenarnya Iblis disisi Allah tidak ada yang
mengetahui kecuali Allah. Apakah Allah membenci Iblis? Tentu saja tidak,
karena Allah terbebas dari sifat-sifat tercela. Apakah Iblis musuh
Allah? Tentu saja tidak, bagaimana mungkin Sang Maha Raja Dunia Akhirat,
pemilik seluruh alam bisa memiliki musuh. Iblis adalah sosok yang
pernah dicintai Allah, pernah menjadi kekasih yang sangat dikasihi oleh
Allah dan tentu saja yang membuat Iblis mau menderita, dihina sepanjang
masa dan mau kekal di neraka karena dia memang sangat mencintai Allah
melebihi kecintaan malaikat terhadap Allah.
Iblis adalah sosok Pecinta Merana yang harus menanggung akibat atas
kesalahannya kepada Sang Kekasih dan konon kabarnya Allah hanya memiliki
Kekasih dan tidak memiliki mantan kekasih, sekali Allah menumpahkan
kasih sayang maka itu akan abadi sepanjang masa.
Untuk menjadi pedoman kepada seluruh manusia, Allah telah membuat dua
jalan untuk bisa sampai kepada-Nya, via Adam atau via Iblis. Karena kita
diberikan pilihan maka sebagai keturunan Adam kita akan memilih
mendekatkan diri kepada Allah via Adam, melalui para Rasul dan Wali.
Kita tentu saja tidak memilih jalan kepada Allah via Iblis karena
disamping itu bukan jalan yang “alamiah” buat kita, juga sangat
mengandung resiko tinggi.
Demikian.
semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment