1. LEMPAR LEMBING
Sejarah
Lempar Lembing
Lempar
lembing berawal pada zaman kuno dan berkaitan erat dengan beraneka ragam teknik
lempar. Lembing lama terbuat dari kayu dengan ujung dari besi. Bahan ini dirasa
berat dan diganti dengan kayu ringan dari Swedia. Perkembangan selanjutnya
ditemukannya lembing modern yang terbuat dari logam dan serat
kaca (fiber). Selama bertahun-tahun, pelempar lembing dari Finlandia menjuarai
perlombaan lempar lembing ini.
Teknik
Lempar Lembing
· Pegangan cara Amerika dilakukan dengan ibu jari dan
jari telunjuk saling bertemu dibelakang balutan lembing (tempat pegangan).
· Pegangan cara Finlandia dilakukan dengan ibu jari dan
jari tangan saling bertemu dibelakang pada tempat pegangan, sedangkan telunjuk
lurus ke belakang di bawah lembing.
· Pegangan cara menjepit (tang) adalah telunjuk dan jari
tengah menjepit lembing, tepat dibelakang tempat pegangan (balutan).
Cara
Membawa Lembing
Cara
membawa lembing ada 3 macam yaitu:
· Cara membawa lembing di bawah
· Cara membawa lembing di atas bahu
· Cara membawa lembing di atas kepala
Peraturan
Pertandingan Lempar Lembing
a.
Alat
Untuk putra
l Berat lembing :
800 gr
l Panjang lembing :
2,6-2,7 m
Untuk putri
l Berat lembing :
600 gr
l Panjang lembing :
2,2-2,3 m
b.
Lintasan
awal
l Lintasan awal harus dibatasi garis 5 cm terpisah 4
meter.
l Panjang lintasan awal minimal 30 meter, maksimal 36,5
meter.
c.
Lengkung
Lemparan
Lengkung harus dibuat dari kayu atau metal, dicat
putih lebar 7 cm, datar dengan tanah sekeliling, dan merupakan busur
(lengkungan) dati lingkaran yang berjari-jari 8 meter, garis 1,5 meter dibuat
dari titik temu garis lintasan awalan dengan lengkung lemparan, manyiku keluar.
d.
Sudut
Lemparan
Dibentuk oleh dua garis dan dubuat dari titik pusat lengkungan lemparan dengan sudut 29 derjat memotong kedua ujung lengkung lemparan, tebal garis sekitar 5 cm.
2. LEMPAR
CAKRAM
Lempar cakram adalah salah satu
nomor dalam atletik dengan tujuan untuk melemparkan cakram sejauh mungkin untuk
mendapatkan hasil yang optimal dengan arah lemparan yang telah ditentukan
Peraturan Lempar Cakram
Aturan cakram :
·
Garis tengah :220 mm(putra), 180mm(putri)
·
Berat : Putra = 2 kg
Putri = 1 kg
·
Tebal lingkar tengah : putra 44-46 mm, 37-39 mm
untuk putri.
Lapangan lempar cakram :
Teknik Dasar Lempar Cakram
Dalam melakukan lemparan cakram
harus mengetahui teknik dasar lempar cakram untuk mendapatkan hasil lemparan
yang optimal. Ada 4 teknik dasar dalam melakukan lempar cakram :
1. Cara Memegang Cakram
a. Cakram dipegang dengan empat jari
terbuka.
b. Keempat jari diletakkan pada
cakram.
c. Ujung ruas jari-jari menekuk dan
menutupi pinggir cakram untuk menahannya.
d. Sementara itu, ibu jari letaknya agak bebas.
2. Teknik Gerak Awalan
a. Dilakukan dengan cara berdiri
menyamping.
b. Arah lemparan dan tangan kanan
lurus kebelakang dengan kedua lutut direndahkan.
c. Ayunkan kembali lengan kanan
kedepan atas dengan kedua lutut naik.
d. Teknik
gerak awalan perlu dilatih secara berulang-ulang agar teknik yang dikuasai
lebih mendalam lagi.
3. Teknik Ayunan Tangan Saat Melempar
a. Dilakukan dengan berdiri
menyamping kearah lemparan.
b. Cakram dipegang dua tangan diatas
bahu.
c. Ayunkan cakram kebelakang
disertai kedua lutut merendah.
d. Ayunkan kembali kedepan atas bersamaan dengan dua lutut naik.
4. Teknik Gerak Ikutan (follow trought)
Gerak ikutan adalah gerak setelah
cakram lepas dari tangan, kemudian mengubah kedudukan langkah kaki kiri dengan
kanan. Fungsi gerakan ini adalah menjelaskan kecepatan berat benda dan menjaga
keseimbangan. Dalam perlombaan lempar cakram, juara ditentukan oleh atlet yang
lemparannya terjauh. Oleh karena itu, untuk memperoleh lemparan jauh harus
melempar dengan kecepatan maksimal dengan mengerahkan tenaga besar.
3. TOLAK
PELURU
Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau
mendorong suatu alat bundar(peluru) dengan berat tertentu yang terbuat dari
logam, yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh
jauhnya.
Peraturan tolak peluru
Peluru :
· Untuk
senior putra = 7.257 kg
· Untuk
senior putri = 4 kg
· Untuk
junior putra = 5 kg
· Untuk
junior putri = 3 kg
Lapangan
:
Teknik dasar tolak peluru :
Teknik memegang peluru
Ada 3 teknik memegang peluru
·
Jari-jari direnggangkan sementara jari kelingking agak ditekuk dan berada
di samping peluru, sedang ibu jari dalam sikap sewajarnya.
Untuk orang yang
berjari kuat dan panjang.
·
Jari-jari agak rapat, ibu jari di samping, jari
kelingking berada di samping belakang peluru.
Biasa
dipakai oleh para juara.
·
Seperti cara di atas, hanya saja sikap jari-jari lebih
direnggangkan lagi, sedangkan letak jari kelingking berada di belakang peluru.
Cocok untuk orang
yang tangannya pendek dan jari-jarinya kecil. Tidak cocok untuk anak anak
dibawah 9 tahun.
Teknik meletakkan peluru pada bahu
Peluru dipegang
dengan salah satu cara di atas, letakkan peluru pada bahu dan menempel pada
leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan
tangan satunya rileks di samping badan.
Teknik menolak peluru
Peluru dipegang dengan sikap baik, tidak membahayakan
dipegang dua tangan. Lalu dipindahkan
ke tangan yang terkuat. Peluru dipegang dengan tangan terkuat dan diletakkan di
bahu dengan benar. Berdiri dengan sikap berdiri agak membungkuk kebelakang,
terus tubuh diputar dan tangan mendorong dan melepas peluru ke arah lapangan.
Mengatur posisi kaki, salah satu kaki ditempatkan di
muka batas belakang lingkaran, kaki lainnya diletakkan di samping kiri selebar
badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan dengan ayunan kaki depan, kaki
belakang menolak ke arah lemparan dan mendarat di tengah lingkaran.
Sewaktu kaki terkuat mendarat, badan dalam keadaan makin condong ke samping
tangan pelempar. Bahu sisi tangan pelempar lebih rendah dari bahu lainnya.
Lengan lainnya membantu mempelihara keseimbangan pada sikap semula.
Cara menolakkan peluru
Dari sikap penolakan peluru, tanpa berhenti harus
segera diikuti dengan gerakan menolak peluru. Jalannya dorongan atau tolakan
pada peluru harus lurus satu garis. Sudut lemparan kurang dari 45o.
Sikap akhir setelah
menolak peluru
Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan untuk
menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri
di tarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.
4.
LONTAR
MARTIL
Lontar martil atau lempar
martil adalah salah satu dari
empat nomor lemparan dalam kompetisi trek dan lapangan, bersama denganlempar cakram, tolak peluru dan lempar lembing.
Peraturan Lontar Martil:
Berat martil : 7,26 kg dengan diameter bola 110-130 mm
Lapangan :
Beberapa tahap gerakan
lontar martil :
a. Tahap memegang martil
Tahap memegang martil
merupakan tahap pertama dari serangkaian gerakan dalam cabang lontar martil.
Petunjuk pelaksanaan :
1. Martil dipegang dengan dua
tangan.
2. Untuk melindungi tangan,
biasanya tangan kiri pelontar menggunakan sarung tangan.
3. Tungkai martil terletak pada
sendi jari-jari tangan kiri dan jari-jari tangan kanan diatasnya.
b. Tahap ayunan
Petunjuk pelaksanaan :
1. Ayunan pendahuluan dimulai
dari suatu posisi dibelakang lingkaran dengan punggung menghadap ke lingkaran
untuk melontar.
2. Kaki hendaknya dibuka
secukupnya dengan kepala martil terletak ditengah dibelakang sebelah kanan.
3. Gerakan melingkar dimulai
dengan memutar tubuh menghadap ke kiri dan pada saat itu juga mengangkat lengan
dan punggung.
4. Kedua lengan mengayun martil
selebar mungkin, lengan harus tetap lurus sampai satu titik tinggi diatas bahu
kiri.
5. Setelah mencapai titik
tertinggi tadi, siku ditekukan dan punggung diputar ke belakang begitu gerakan
kebawah martil dimulai.
6. Selama gerakan mengayun, titik
tertinggi martil dibiarkan terletak di kiri belakang dan titik terendah didepan
kanan.
7. Berat badan dipindahkan dari
satu kaki ke kaki lain, mendahului perpindahan arah martil.
c. Tahap melontar
Petunjuk pelaksanaan :
1. Tahap melontar dimulai ketika martil mencapai titik tertinggi dalam putaran
martil.
2. Ketika martil melampaui titik terendah, tubuh harus mulai berhenti berputar
dan mulai mengangkat ke atas.
3. Tenaga angkatan ini didapat dengan cara meluruskan kaki kiri sekuat tenaga,
juga punggung, lengan dibiarkan pasif.
4.
Tarikan yang kuat oleh lengan kiri melengkapi pelepasan martil ini melalui
bahu kiri.
5.
Kedua kaki harus terpantang kokoh diatas tanah pada saat martil dilepaskan.